Materi :
Pelanggan
pendidikan, Customer focus, dan Pola hubungan kerja Supplier-Customer :
A. Definisi Pelanggan Pendidikan
B.
Konsep
‘Costumer fokus’ dan konsep ‘Service Exellent’ dalam pendidikan
C. Pola/Model Hubungan supplier-customer
A. Pelanggan
Pendidikan
Tjiptono dan Diana (2003:100) berpendapat pelanggan merupakan orang yang
berinteraksi dengan perusahaan setelah proses menghasilkan produk. Sedangkan
pihak-pihak yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum tahap proses
menghasilkan produk disebut sebagai pemasok. Berdasarkan pandangan tradisional
pelanggan dan pemasok merupakan entitas eksternal.
Edward Sallis (1993), secara gamblang memberikan
hubungan antar pelanggan yang ada di dalam lembaga pendidikan (sekolah atau
perguruan tinggi). Ada tiga jenis pelanggan, menurut Edward Sallis. Pertama,
pelanggan primer. Kedua, pelanggan sekunder. Dan yang ketiga pelanggan tersier.
Ø Pelanggan primer adalah mereka yang
langsung menerima jasa pendidikan tersebut yaitu peserta didik.
Ø Pelanggan sekunder adalah mereka
yang mendukung pendidikan seperti orang tua dan pemerintah.
Ø Pelanggan tersier adalah mereka
yang secara tidak langsung memiliki andil, tetapi memiliki peranan penting
dalam pendidikan (selaku pemegang kebijakan) seperti pegawai, pemerintah, dan
masyarakat.
Jasa
dalam pendidikan berupa pelayanan yang berasaskan pada keterkaitan pola
perilaku pelaku-pelaku pendidikan. Pelaku-pelaku pendidikan di sini terdiri
dari guru atau dosen dan staf pendukung atau karyawan. Dalam manajemen
mutu terpadu (Total Quality Management/ TQM), terdapat gambaran yang sangat
jelas bahwa mind set pelaku pendidikan itu tergambar di dalam mutu jasa
pelayanan pendidikan yang diberikan kepada pelanggannya.
Di antara tiga jenis pelanggan
pendidikan di atas, ada benang merah terkait bagaimana proses mind set pelaku
pendidikan bisa digambarkan dari mereka. Ada satu konsep lagi yang perlu
dicermati. Ditinjau dari segi ikatan batin organisasi, pelanggan dibedakan
menjadi dua. Pertama adalah pelanggan internal dan kedua adalah pelanggan
eksternal.
Pelanggan
internal adalah antar pelaku pendidikan di dalam institusi itu
sendiri, misalnya antar guru atau antar dosen, antar karyawan atau antara
karyawan dan guru, atau antara karyawan dan dosen. Nah, dari ikatan benang
merah itulah, maka mind set pelakun pendidikan di dalam sekolah atau lembaga
pendidikan tampak jelas. Begini ilustrasinya. Jika mutu jasa pendidikan di
dalam antar pelanggan internal jelek, maka akan berpengaruh terhadap mutu
jasa pendidikan untuk pelanggan eksternal. Sebab, proses pendidikan pasti buruk
akibat mutu jasa internal pelanggan.
Misalnya
saja, jika tidak ada hubungan harmonis di dalam sekolah atau lembaga pendidikan
maka kinerja proses pendidikan di sekolah atau lembaga kinerja antar
pelanggan internal itulah pasti menghasilkan mutu jasa pendidikan yang jelek pula
kepada pelanggan eksternal, sehingga mempengaruhi kepuasan penggan
eksternal.
B.
Konsep “Costomer Focus” Dan Konsep “Service
Exellent” Dalam Pendidikan
1.
CUSTOMER FOCUS
Peters dan Waterman dalam Sallis
(2002:27) berpendapat organisasi pendidikan yang unggul adalah organisasi yang
dapat menjaga hubungan dengan pelanggannya dan memiliki obsesi terhadap mutu.
Mereka mengakui bahwa perkembangan sebuah institusi bersumber pada kesesuaian
layanan institusi dengan kebutuhan pelanggan. Mutu harus sesuai dengan harapan
dan keinginan pelanggan.
Sallis
(2002:28) menyatakan a customer focus is, however,
not by itself a sufficient condition for ensuring total quality. TQM
organizations need fully worked out strategies for meeting their customer’s
requirements. Education faces a considerable challenge in its relationships
with its external customers. Fokus terhadap pelanggan saja bukan
berarti telah memenuhi tuntutan dan persyaratan mutu terpadu. Organisasi TQM
memerlukan strategi yang berjalan untuk memenuhi keperluan pelanggan. Lembaga
pendidikan menghadapi tantangan yang cukup besar dalam hubungannya dengan para
pelanggan.
Tentunya
banyak konsep pada customer focus, menurut kami 3 konsep dibawah sudah mewakili
penjelasan terhadap konsep customer focus:
a)
Organization depend on their customers
Dalam pembahasan sebelumnya telah di jelaskan bahwa pelanggan dibedakan
menjadi pelanggan eksternal dan internal. Bagi sebuah organisasi yang
mengharapkan keberlangsungan organisasinya dan mampu bertahan terhadap
persaingan antar dunia pendidikan maka organisasi tersebut harus menyadari
konsep bahwa mereka bergantung pada pelanggan dan pelanggan juga membutuhkan
mereka, karena sebuah organisasi lahir atas dasar tujuan.
b) They
should understand needs and requirement of the customers
Memahami dan mengerti apa yang menjadi keinginan, kebutuhan, dan harapan
para konsumen merupakan hal yang wajib dilakukan pada organisasi baik pada
product barang atau jasa, terlebih product jasa karena yang menjadi point dari
nilai jualnya adalah hati dan perasaan para costomer. Menurut falsafah pebisnis
korea bahwa hati konsumen ibarat gunung es, jadi kita harus mampu mencairkannya
dengan kehangatan pelayanan.
c) They
should exceed the expectation of the customers
Kepuasan konsumen terletak pada pelayanan dan
kualitas barang, untuk mendapatkan konsumen yang setia dan merasa terpuaskan
melebihi ekspektasi atau harapannya maka suatu organisasi harus berbuat lebih
dari standar yg telah ada. Kelebihan itulah yang akan menjadi nilai tambah
suatu product baik barang ataupun jasa.
One of the most important factors for the
success of an enterprise is its customers. Without them, a business cannot
exist. But to capture customers, a business must try to find out what people
want, how much and how often they will buy and how their post-purchase
satisfaction will be ensured.
2. SERVICE EXELLENT
Pelayanan
prima (Service Excellent) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi
harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan
suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar
kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan
pelanggan/masyarakat (Maddy, 2009; 8).
Kemudian
pendapat lain mengatakan bahwa pelayanan prima adalah kepedulian terhadap
pelanggan. Jadi pelayanan prima pada dasarnya adalah rasa keperdulian
organisasi yang berorientasi keuntungan (profit oriented) atau organisasi yang
berorientasi sosial (nonprofit) terhadap pelanggan yang ditunjukkan dengan
adanya sikap, perhatian, dan tindakan nyata, sehingga pelanggan merasa nyaman
dengan pelayanan prima yang diberikan (Pratomo & Shaff, 2000; 107)
Konsep
ini sangat penting terlebih jika Anda adalah orang yang berhadapan dengan
customer secara langsung atau disebut sebagai frontliner seperti
kasir, waiters, customer service, dan sebagainya.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan pelayanan prima (excellent
service) antara lain:
·
Keputusan
pihak pelanggan untuk segera membeli produk yang kita tawarkan pada saat itu
juga.
·
Menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap barang / produk produsen yang bersangkutan.
·
Mempertahankan
pelanggan agar tetap loyal menggunakan produk produsen yang bersangkutan
·
Dapat
menghindarkan terjadinya tuntutan-tuntutan terhadap penjual yang tidak perlu
Kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang
dirasakan dengan harapannya, dengan diasumsikan bahwa kalau kinerja di bawah
harapan, pelanggan akan merasa kecewa, kalau kinerja sesuai harapan, pelanggan
akan merasa puas, dan kalau kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat
puas.
Kepuasan
pelanggan merupakan tujuan utama pelayanan prima. Setiap frontliner
berkewajiban untuk berupaya memuaskan pelanggannya. Kepuasan pelanggan dapat
dicapai apabila frontliner mengetahui siapa pelanggannya, baik pelanggan
internal maupun pelanggan external.
C.
POLA/MODEL HUBUNGAN SUPPLIER-CUSTOMER
Hubungan supplier-customers dalam dunia
pendidikan merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh lembaga pendidikan
dengan customers (pelanggan internal dan external).
Terbagi 2 yaitu internal dan external :
a. Internal yang terjadi dalam ruang lingkup
organisasi/lembaga pendidikan, yaitu:
- Komunikasi antar guru
- Komunikasi siswa dengan guru
- Komunikasi siswa dengan tata usaha
- Komunikasi guru dengan kepala sekolah
- Komunikasi kepala sekolah dan tata usaha
Contohnya, dalam
suatu lembaga pendidikan yaitu wali kelas memiliki tugas memasukkan nilai ujian siswa ke dalam rapor
dan guru matematika memiliki tugas menilai siswa dan hasilnya dilaporkan kepada
walikelas untuk dimasukkan ke dalam rapor. Sehingga, guru matematika merupakan
supplier bagi walikelas dan walikelas merupakan pelanggan bagi guru matematika.
Walikelas tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik bila guru matematika
tidak melakukan pekerjaannya dengan baik pula. Kualitas pekerjaan guru
matematika mempengaruhi walikelas. Konsep ketergantungan (dependency) seperti
ini penting dalam hubungan supplier-customer.
b. Sementara
pola hubungan external adalah komunikasi yang terjadi antara lembaga pendidikan/sekolah
dengan masyarakat pada umumnya, misalnya dengan departemen pendidikan, dengan
orang tua wali dan dengan sekolah lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan internal maupun
external antar supplier-customer juga merupakan faktor pengaruh baik dan
buruknya mutu jasa pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar